Untuk kesekian kalinya saya membuat blog. Biasanya blog saya terlupakan
dikarenakan sudah tidak ingat lagi alamat email maupun kata sandinya. Blog ini
saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Wawancara juga sembari
meringkas yang saya peroleh selama mengikuti perkuliahan tersebut.
Selama penjelasan yang diberikan oleh Ibu Henny selaku pengajar mata kuliah
Teknik Wawancara, ada banyak yang membuat saya merenung. Selama ini, saya
benar-benar sekadar hanya demi mengerjakan tugas maka saya wawancara, saya belum
mengetahui dan memahami lebih lanjut mengenai wawancara itu sendiri. Mengapa
saya katakan demikian?
1. Saya kurang
memahami budaya orang lain dan tidak terlalu tertarik untuk mempelajari budaya
lain dan terkadang segan untuk melanjutkan percakapan apabila lawan bicara saya
meninggikan suaranya. Sedangkan sebenarnya budaya itu mempengaruhi bagaimana
seseorang menginterpretasi kejadian yang ia alami, menilai penyebab juga
mungkin untuk mengungkapkan stres. Saya masih sering memiliki asumsi-asumsi dan
stereotipe yang belum tentu benar.
2. Dalam
berkomunikasi, terkadang bahasa yang digunakan oleh saya, agak sulit untuk
dicerna karena saya cenderung hanya ekspresif apabila saya mengenal dengan baik lawan
bicara saya. Kualitas suara saya juga kurang tegas dan canggung untuk memulai suatu percakapan. Terkadang jika topik
pembicaraan memang saya minati, saya akan terus menerus berbicara tanpa jeda
sehingga terkadang lawan bicara akan merasa bosan mendengarnya.
Karena keterampilan wawancara itu secara tidak langsung mengharuskan kita untuk
menyadari adanya perbedaan budaya setiap individu juga perbedaan cara pandang
dalam menghadapi apapun. Sebagai pewawancara juga harus dapat menghargai,
memperhatikan dan mendengarkan apapun jawaban yang diberikan narasumber. Bisa
untuk mengembangkan pertanyaan sehingga narasumber tidak merasa bosan dan alur
pertanyaan terarah dengan baik.
Memiliki wawasan yang luas sehingga
memahami dan menguasai topik materi yang ditanyakan. Menggunakan bahasa yang
baik dan benar serta mudah dimengerti. Juga bersikap sopan santun selama proses
wawancara. Dapat berempati dengan narasumber.
Merespon jawaban narasumber dengan tepat
agar tidak berlebihan sehingga narasumber merasa tersinggung dengan reaksi
pewawancara. Harus netral dengan apapun jawaban yang mungkin diberikan
narasumber. Dan terakhir, memahami kondisi narasumber sehingga perlu untuk
berempati.
-Theresia Syanli Octavia (705100061)
-Theresia Syanli Octavia (705100061)